BOJONEGORO - Mendengar sirine dari lokasi pengeboran minyak dan gas Joint Operating Body-Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ), Mirna Kumalasari (27) langsung deg-degan.
Bunyi sirine itu sebagai tanda bahaya, terjadi kebocoran gas dari pusat pengeboran di Pad A Lapangan Sukowati, Blok Tuban di Kabupaten Bojonegoro.
Bau busuk mirip telur busuk atau belerang terus menerus terjadi sejak sore hari atau pas sirine berbunyi pada Minggu (31/1/2016) sekitar pukul 16.00.
Kondisi itu membuat warga RT 11 RW 2 Dusun Kedungbajul, Desa Sambiroto semakin lemas, apalagi ia mengidap asma. Rasa pusing pun tak bisa ditahankan.
Bau menyengat kembali terjadi pada Senin (1/2/2016) sejak pagi sekitar pukul 09.00.
Kondisi nafas Mirna makin megap-megap. Sesak napas di dada makin tak karuan. Khawatir kondisi istrinya makin parah, Hariyanto pun membawanya ke RS Ibnu Sina menggunakan mobil ambulans yang sudah disediakan JOB-PPEJ di depan kantor Desa Sambiroto.
Sesampai di RS, Mirna mendapat penambahan oksigen dan infus.
"Kemarin mencium bau seperti telur busuk aja sudah pusing. Ketambahan tadi pagi, baunya busuk kayak telur busuk dan belerang, dada saya langsung sesak," kata Mirna yang wajahnya masih terlihat pucat pasi saat ditemui di ruang rawat inap di RS Ibnu Sina, Senin (1/2/2016) sore.
Mirna merasa terganggu dengan kebocoran gas tersebut. Ia mendapat informasi, tadi malam pipa pengeboran yang menimbulkan gas itu sudah ditutup. Namun, pagi tadi gas itu kembali menyebar.
Sedang Haryanto (30) yang sedang menunggu istrinya mengakui seminggu lalu bau busuk juga menyebar di permukiman warga. Setiap hari warga dusunnya mencium bau seperti itu, tapi dua hari ini baunya lebih parah.
"Kemarin istri saya merasa pusing, tapi tidak parah. Tadi baru parah," katanya.
Menurut Haryanto, penyakit asma istrinya itu sering kambuh. Apalagi ketika bau menyengat seperti dua hari ini.
Warga lainnya yang juga dirawat di RS Ibnu Sina, Lusiati (34), mengaku mual dan pusing ketika mencium bau busuk tersebut. Dia kemudian disuntik oleh dokter RS.
"Rasanya kepala enteng (ringan) setelah disuntik," ujar Lusiati.
Sementara itu, Rini, istri Prihadi (41), korban kebocoran gas JOB-PPEJ, mengajak suaminya pulang ke rumah usai mendapatkan perawatan di RS Ibnu Sina, meski kondisi suaminya masih terlihat lemas dan pucat.
"Saya ajak pulang saja. Di sini tidak ada perhatian sama sekali (tak ada pihak JOB-PPEJ)" bebernya.
Bukan hanya Prihadi yang mengeluh tak diperhatikan pihak JOB-PPEJ, adik Mirna, Budiyanto, mendapatkan informasi bahwa biaya perawatan kakaknya di RS harus ditanggung sendiri.

0 komentar
Post a Comment