Monday, 1 February 2016

Dita Aditya Ismawati staf Masinton Pasaribu Diminta Tarik Laporannya



Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menyarankan agar Dita Aditya Ismawati, staf Masinton Pasaribu agar menarik laporannya. PDIP berharap kasus ini bisa diselesaikan baik-baik.

“Saya sarankan ke Dita. Selesaikan baik baik. Staf dengan anggota harus sinergis, saling memperkuat,” kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2016).


Hendrawan mengatakan partainya sudah menerima klarifikasi dari Masinton tentang laporan tersebut. PDIP sendiri, kata Hendrawan, percaya kadernya tak melakukan hal tersebut.

“Ya kalau saya bisa sarankan demikian (cabut laporan). Kecuali dijadikan bargaining (alat tawar),” tambahnya.

Salah satunya adalah adanya keterlibatan DPW NasDem DKI saat melaporkan dugaan penganiayaan tersebut. Adapun DPW Nasdem yang mendampingi adalah anggota Badan Advokasi dan Bantuan Hukum Partai NasDem Wibi Andrino. Dita sendiri sebelumnya disebutkan sebagai kader Nasdem, namun Masinton menyatakan Dita punya kartu keanggotaan PDIP.

“Kenapa melibatkan DPW Nasdem? Ini jadi dibawa ke tataran politis. Ada agenda apa ini Dita?” ucap Hendrawan.

Sebelumnya, Dita menyebut dianiaya Masinton di dalam mobil saat perjalanan dari Cikini, Jakarta Pusat, menuju Cawang, Jakarta Timur, pada Kamis (21/1/2016) lalu. Akibat penganiayaan itu, Dita terlihat mengalami luka pada mata sebelah kiri. Ada warna merah dan hitam pada matanya yang luka.

Masinton Pasaribu membantah dirinya menganiaya Dita. Menurut Masinton, peristiwa tersebut dipolitisasi dan bagian dari pembunuhan karakternya. Masinton menuturkan mulanya ia hendak pulang ke rumah dinas di Kalibata setelah menghadiri suatu kegiatan. Di tengah jalan, tenaga ahlinya, Abraham, mendapat telepon dan meminta izin untuk turun, karena ingin menjemput Dita.

“Dita mabuk, minta tolong saya yang jemput untuk bawa mobil sekaligus anter pulang,” kata Masinton menirukan ucapan Abraham saat dihubungi Tempo, Sabtu, 30 Januari 2016.

Ia pun berinisiatif untuk mengantar stafnya tersebut hingga ke sebuah bar di kawasan Cikini, tempat Dita berada. Sesampainya di sana, Dita yang dalam kondisi mabuk diantar pulang dengan menggunakan mobil Masinton.

Sementara itu, mobil Dita dibawa sopir pribadi Masinton. “Dia duduk di depan, kemudian tenaga ahli aku (Abraham) yang bawa mobil. Aku duduk di belakang,” ujarnya.

Masinton menuturkan mereka jalan ke arah Cawang, Jakarta Timur, untuk mengantar Dita pulang, tapi sesampainya di daerah Otista, Dita yang dalam kondisi mabuk tiba-tiba menarik setir mobil.

Mobil yang oleng membuat tenaga ahli Masinton refleks menepis tangan Dita. “Refleks sopir (Abraham) ngerem mendadak, terus menepis tangannya tapi terkena wajah,” tuturnya. Pascainsiden tersebut, Masinton mengaku melihat ada memar di wajah bagian mata Dita, ia mengaku sudah mengajak Dita untuk berobat tapi ditolaknya lantaran merasa tidak ada masalah.

Masinton pun mempertanyakan laporan yang baru dibuat hari ini, 31 Januari 2016, menurut Masinton, hal itu menunjukkan ada upaya pembunuhan karakternya yang sedang berseteru dengan Partai Nasional Demokrat. Peristiwa itu sendiri terjadi pada 21 Januari lalu.

“Ini politisasi berkaitan character assassination (pembunuhan karakter),” ujarnya.

0 komentar

Post a Comment